Bahasa Terjemahan

Selasa, 23 Maret 2010

Pencinta Wanita

Sang Hama. Dia menyebutnya Sang Hama. Hama berarti perusak, pengganggu. Karena baginya nya adalah pengganggu dan perusak rumah tangganya, maka disebutnyalah dia sang Hama.

Usia pernikahan mereka baru menjelang tahun kedua. Belum dikarunia anak, karena sang perempuan masih ingin berkarir dan menunda untuk memiliki anak. Baginya mempunyai anak di puncak karir hanya akan mengganggu konsentrasi dan mengurangi keprofesianalannya.

Awalnya semuanya terasa indah dan sesuai rencana. Hari- hari indah dilalui dengan penuh kehangatan dan cinta. Di sela-sela kesibukan dengan pekerjaan masing-masing, masih selalu saling telpon, berbalas sms dan bahkan kadang menyempatkan untuk makan siang bersama. Dan setiap akhir minggu adalah bulan madu buat mereka. Sering mereka berlibur ke luar kota, hanya untuk sekedar mencari suasana baru untuk bercinta. Indahnya dunia. Aurel dan Rangga suaminya bagaikan dua pasang anak manusia yang tak terpisahkan oleh apapun.

Tapi itu ternyata tidak berlangsung lama. Memasuki tahun kedua pernikahan, pelan-pelan yang indah-indah berubah hampa. Suami tercinta sudah tak pernah lagi menelpon di sela jam kerja, sering tidak membalas sms dan bahkan kerap tidak menerima telpon dari Aurel. Akhir minggu yang biasanya dihabiskan berdua kini hanya tinggal malam-malam sunyi bagi Aurel. Rangga lebih sering keluar kota untuk urusan pekerjaan. Entahlah, entah kenapa semuanya begitu cepat berubah.

Perubahan yang begitu tiba-tiba pasti ada penyebabnya. Aurel mulai curiga. Segala tingkah laku Rangga mulai diperhatikannya. Aurel yakin Rangga sudah terpikat perempuan lain. Hingga suatu malam, tanpa sengaja Aurel membaca beberapa sms mesra di handphone Rangga yang waktu itu sedang mandi. Hati Rangga telah direbut oleh orang lain. Aurel meradang,, marah tapi Rangga tidak mau mengaku begitu saja.

“Kamu lebih percaya suamimu atau orang lain? Apa kamu punya bukti kalau aku punya perempuan lain?” Rangga marah besar ketika Aurel menyampaikan kemarahannya.
“Tapi kenapa akhir-akhir ini kamu berubah?”
“Aku capek, Rel. Kamu tahu kan pekerjaan di kantor sedang banyak-banyaknya!”
“Tapi masa kamu tidak punya waktu untuk aku?”
“Memangnya kamu punya waktu untuk suamimu? Kamu lebih mementingkan karirmu daripada apapun. Harusnya kamu nggak perlu bekerja, aku masih cukup mampu untuk membiayai semua kebutuhan kita!”
“Lho..kenapa kamu jadi menyalahkan aku! Kamu yang selingkuh tapi kenapa aku yang sekarang kamu ceramahi!”
`”Dengar, Aurel! Aku tidak selingkuh dengan siapapun!”
“Mana ada maling yang ngaku! Lalu ini sms dari siapa? Ini sms menjijikkan dari siapa?” teriak Aurel penuh amarah.
“Sudahlah! Aku capek mendengarkan kamu!” Rangga merenggut handphone nya dari tangan Aurel lalu pergi begitu saja.
Aurel menangis, Aurel kecewa. Lalu datanglah dia ke apartemenku. Seperti biasa, untuk menumpahkan semua duka lara di hatinya.

Aku mengenal Aurel sejak masih duduk di bangku kuliah. Waktu itu ada seorang teman yang mengenalkannya padaku. Sejak saat itu kami mulai akrab dan jadi teman dekat. Dan kebetulan sekali juga, aku dan Aurel bekerja di tempat yang sama. Di sebuah perusahaan telekomunikasi. Tapi Aurel jauh lebih beruntung dibanding aku. Di usianya yang masih duapuluh delapan tahun, Aurel sudah memegang jabatan penting di perusahaan tempat kami bekerja. Dan lagi, Aurel sudah menikah dan mempunyai suami tampan dan mapan –walaupun akhir-akhir ini dicurigai selingkuh. Tidak seperti aku yang masih sendiri dan hanya sebagai staf biasa saja. Aurel bertemu dengan Rangga sekita tiga tahun yang lalu di pesta pernikahan seorang teman kantor. Tak sampai setahun berpacaran,Aurel dan Rangga memutuskan untuk menikah. Dan menikahlah mereka tepat di saat hatiku patah dan hancur karena ditinggalkan orang yang sangat aku cintai.

Selama ini, Rangga tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia adalah seorang playboy yang senang mempermainkan wanita. Rangga memang ramah, tapi sikapnya terkesan dingin kepada perempuan yang mencoba mendekatinya.

“Aku kurang apa sih, Ta? Aku kurang apa sampai Rangga bisa berpaling pada perempuan lain? Perempuan itu memang kurang ajar! Dasar hama! Harusnya dia nggak merusak rumah tangga orang lain!” Aurel menangis sejadinya di pelukanku.
“Sabar, Rel! Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Mungkin tadi Rangga sedang capek dan emosi.” Aku mencoba menenangkan Aurel.
“Tapi Rangga selingkuh, Ta. Aku baca sms mesra itu di handphone Rangga. Sms menjijikkan! Bayangkan! Mereka bermesra-mesraan lewat sms. Pantesan dia sudah tidak perduli lagi sama aku. Ternyata dia sudah punya perempuan lain!”
“Kamu bisa ngomong baik-baik dengan Rangga. Kalian harus selesaikan masalah ini dengan kepala dingin!”
“Untuk apa? Semuanya sudah jelas! Rangga sudah jelas-jelas selingkuh dengan perempuan lain. Aku nggak nyangka kalau Rangga yang selama ini aku kenal sangat baik dan dari keluarga baik-baik ternyata sama saja dengan laki-laki lain. Buaya! Bangsat!”
“Tapi kamu harus mempertahankan rumah tanggamu, Rel!”
“Untuk apa? Untuk diselingkuhi dan untuk dibohongi? Aku akan segera mengurus perceraianku dengan dia. Untuk apa punya suami kalau hatinya milik orang lain. Lebih baik aku sendiri!” tatapan Aurel menerawang keluar dari jendela apartemenku. Matanya masih basah oleh airmata. Mata yang beberapa bulan yang lalu masih berbinar ceria. Mata yang penuh dengan harapan dan cinta. Kini hanya berhias dendam dan luka.

Tadinya Aurel memang nyaris sempurna. Dia perempuan yang sangat cantik dan pintar. Keluarganya keluarga baik-baik dan penuh dengan kehangatan cinta. Suaminya tampan mapan dan sangat mencintainya. Tapi kini Aurel hanyalah seorang perempuan yang terluka. Terluka karena sebuah penghianatan.Terluka karena kehadiran sang hama, terluka karena hati Rangga telah direbut perempuan lain. Perempuan lain? Andai saja Aurel tahu, kalau hati Rangga tak pernah terpikat perempuan manapun.

Sepintas, aku memang seperti sahabat yang sangat baik buat Aurel. Seorang sahabat yang telah dikenal Aurel sejak delapan tahun yang lalu, yang sudah tahu banyak tentang siapa Aurel. Tapi taukah Aurel siapa aku? Selain aku anak tunggal dan orangtuaku berpisah sejak aku SMA, tak banyak yang diketahui Aurel tentang aku. Aku lebih banyak mendengarkan daripada bercerita kepada Aurel. Hingga banyak yang aku tahu dan harusnya Aurel juga tahu, tapi dia tidak tahu.

Dan Rangga. Aurel tidak banyak tahu tentang Rangga, selain Rangga adalah cowok baik, mapan dan tampan dan dari keluarga terkemuka di kota ini. Aurel tidak pernah tahu, bahwa Rangga pernah menghancurkan hatiku. Dunia ini memang sangat sempit. Aku baru tahu kalau Rey – kekasihku dulu adalah kekasih Rangga ketika memergoki mereka sedang bermesraan di apartemen Rey. Waktu itu hanya beberapa hari sebelum pernikahan Aurel dan Rangga. Rangga mengancamku untuk tutup mulut. Rey meninggalkanku dan mengaku tak pernah mencintaiku. Aku pun terluka, kecewa, aku benci laki-laki!

Hama yang disangka Aurel adalah seorang perempuan tak lain adalah Rey. Aku tahu Rey baru saja kembali dari Australia. Dan sejak kepulangannya itulah, rumah tangga Aurel mulai terserang hama.
Entah bagaimana nanti sikap dan reaksi Aurel jika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku tidak perduli lagi dengan Rey dan Rangga. Apalagi dengan keutuhan rumah tangga Aurel dan Rangga. Malah aku lebih senang begini terus, jadi Aurel lebih sering datang dan menginap di apartemenku.
Aku tidak suka sendirian. Kesunyian seperti pembunuh bagiku. Malam-malam sepi yang kulalui bagaikan hantu yang mengusik jiwaku. Aku senang jika Aurel ada. Aku tenang jika dia ada disampingku.

Malam sudah beranjak jauh. Aurel yang kelelahan sudah terlelap di pangkuanku. Kupandangi wajah cantik itu, sisa airmata masih terlihat di sudut matanya. Kuseka dengan tisu. Lalu kubopong tubuh mungilnya menuju kamar. Kurebahkan di tempat tidurku, kubuka pakaiannya satu persatu dan kuganti dengan daster tipis milikku. Aurel tak pernah terbangun, selalu begitu. Dia sangat kelelahan.

Setelah mengganti pakaian Aurel, akupun mematikan lampu kamar dan naik ke tempat tidur. Kukecup lembut kening dan bibir Aurel, lalu aku berbaring di sampingnya. Kupeluk dan kucium wangi tubuhnya hingga aku tertidur. Sungguh, aku sangat mencintainya!***